Hadits of The Day

مَنْ سَلَكَ طَرِيْـقًـا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّـلَ اللهُ لَهُ طَرِيْـقًـا إِلَى الْجَنَّـةِ

Rabu, 02 Januari 2013

Adab Berpakaian


      1.      Mengutamakan pakaian yang bagus bagi siapa yang memilikinya

Diriwayatkan dari Abu al-Ahwash, dari ayahnya, ia berkata, “Aku mendatangi Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- dengan pakaian lusuh, maka beliau bertanya, ‘Apakah engkau memiliki harta?’ Aku menjawab, ‘Ya’ Beliau bertanya, ‘Harta apa saja?’ Aku menjawab, ‘Allah telah memberikan kepadaku unta, kambing, kuda, dan budak.’ Beliau –shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
فإذا آتَاكَ اللَّهُ مَالا، فَلْيُرَ عَلَيْكَ أَثَرُ نِعْمَتِهِ وَكَرَامَتِهِ
Jika Allah memberikan harta kepadamu, maka perlihatkanlah pengaruh nikmat dan karunia-Nya yang telah diberikan kepadamu.” (Shahih, diriwayatkan oleh Abu Dawud (4063), an-Nasa’i (5224) dan hadits ini memiliki penguat dari hadits Abdullah bin ‘Amr, Abu Hurairah, ‘Imran bin Hushain, Ibnu Mas’ud dan selain mereka)

Allah berfirman :
قُلْ مَنْ حَرَّمَ زِينَةَ اللَّهِ الَّتِي أَخْرَجَ لِعِبَادِهِ وَالطَّيِّبَاتِ مِنَ الرِّزْقِ قُلْ هِيَ لِلَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا خَالِصَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Katakanlah, ‘Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rizki yang baik’.” Katakanlah, ‘Semuanya itu (disediakan bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di Hari Kiamat’.” (QS. Al-A’raf : 32)

Dan, ini bukan termasuk kesombongan. Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud, dari Nabi :
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَال ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ
“Tidak akan masuk surge seseorang yang dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi.”
Mendengar hal itu, seorang laki-laki berkata, “Sesungguhnya seseorang suka bila pakaiannya bagus dan sandalnya juga bagus (apakah itu termasuk kesombongan?)” Nabi menjawab :
قَالَ إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ
“Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Sombong ialah menolak kebenaran dan merendahkan orang lain.” (Shahih, diriwayatkan oleh Muslim (91), Abu Dawud (4092) dan selain mereka)

      2.      Tidak berlebih-lebihan dalam berpakaian

Allah berfirman :
يَا بَنِي آدَمَ خُذُواْ زِينَتَكُمْ عِندَ كُلِّ مَسْجِدٍ وكُلُواْ وَاشْرَبُواْ وَلاَ تُسْرِفُواْ إِنَّهُ لاَ يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ
“Hai anak Adam, pakaialah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, dan makan dan minumlah, serta jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS. Al-A’raf : 31)
Nabi bersabda :
كُلُوا وَاشْرَبُوا وَتَصَدَّقُوا وَالْبَسُوا مَا لَمْ يُخَالِطْ إِسْرَافٌ وَلاَ مَخِيلَةٌ
“Makan, minumlah, bersedekahlah, dan pakailah pakaian selama tidak tercampur dengan sikap berlebih-lebihan dan kecongkakan.” (Hasan, diriwayatkan secara mu’allaq oleh Bukhari dalam al-Libas, dan secara maushul oleh Nasa’I (2559) dan Ibnu Majah (3605) dengan sanad hasan.)

      3.      Berdoa ketika memakai pakaian baru

Diriwayatkan dari Abu Sa’id al-Khudri, ia berkata, “Jika Nabi mendapatkan pakaian, beliau menamakannya dengan namanya, baik sorban, gamis, maupun selendang, lalu beliau mengucapkan :
اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ كَسَوْتَنِيْهِ، أَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِهِ وَخَيْرِ مَا صُنِعَ لَهُ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّهِ وَشَرِّ مَا صُنِعَ لَهُ

 “Allahumma lakal hamdu anta kasawtaniih, as-aluka min khoirihi wa khoiri maa shuni’a lahu, wa a’udzubika min syarrihi wa syarri maa shuni’a lahu” (Hasan dengan sejumlah riwayat penguat : diriwayatkan oleh Abu Dawud (4020), at-Tirmidzi (1767), dan an-Nasa’I (1382). Namun, yang benar hadits ini mursal. Namun ia memiliki hadits oenguat lainnya yang menguatkannya.)

      4.      Memulai dari sebelah kanan ketika berpakaian

Diriwayatkan dari ‘Aisyah ia berkata, “Nabi suka mendahulukan yang sebelah kanan ketika memakai sandal, berhias, bersuci, dan seluruh urusan bagus.” (Shahih, diriwayatkan oleh Bukhari (426) dan Muslim (268))

      5.      Tidak berjalan dengan sandal sebelah

Diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda :
لَا يَمْشِ أَحَدُكُمْ فِي نَعْلٍ وَاحِدَةٍ لِيُنْعِلْهُمَا جَمِيعًا أَوْ لِيَخْلَعْهُمَا جَمِيعًا
“Jangan seseorang dari kalian berjalan dengan memakai sandal sebelah, hendaklah ia memakainya kedua-duanya atau melepaskan keduanya.” (Shahih diriwayatkan oleh Bukhari (5855) dan Muslim (2097))

Kemakruhan disini –Wallahu a’lam- disebabkan karena syuhroh. Karena ini termasuk perkara yang dapat memalingkan pandangan kepadanya. Telah disebutkan larangan memakai pakaian syuhroh. Jadi, segala sesuatu yang menyebabkan pelakunya menjadi pamer (syuhroh). (Dinukil dari Fath al-Bari (X/255)

      6.      Larangan telentang dan meletakkan salah satu kaki di atas yang lainnya bagi siapa yang tidak mengenakan celana

Diriwayatkan dari Jabir bin Abdillah, Nabi bersabda :
لا يستلقين أحدكم ثم يضع إحدى رجليه على الأخرى
“Janganlah salah seorang dari kalian terlentang, kemudian ia meletakkan salah satu kakinya di atas kakinya yang lain.” (Shahih, diriwayatkan oleh Muslim (2099)

Target larangan ini adalah jika tidak ada di bawah pakaian luarnya celana panjang yang menutupi auratnya. Diriwayatkan dari Abu Sa’id, “Rasulullah lemarang ihtiba’ dalam satu kain, sementara tidak ada sesuatu pun yang menutupi kemaluannya.” (Shahih diriwayatkan oleh Bukhari (367), an-Nasai (5340), Abu Dawud (3377), dan riwayat Bukhari dari Abu Hurairah, serta riwayat Muslim dari Jabir.

Al-ihtiba’ adalah seseorang laki-laki menegakkan kedua betisnya dan menyelempangkan kainnya pada keduanya, atau kedau tangannya mendekap kedua lututnya sambil bersandar dengannya.

Adapun jika ia memakai sesuatu yang dapat menutup auratnya, maka tidak mengapa. Diriwayatkan dari Abdullah bin Zaid, ia melihat Rasulullah berbaring di masjid sambil meletakkan salah satu kakinya di atas kakinya yang lain (Shahih diriwayatkan oleh Bukhari (4750 dan Muslim (2100))

Sumber : Terjemahan Shahih Fiqih Sunnah Jilid IV terbitan Pustaka at-Tazkia halaman 23-26

Tidak ada komentar:

Posting Komentar