Hadits of The Day

مَنْ سَلَكَ طَرِيْـقًـا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّـلَ اللهُ لَهُ طَرِيْـقًـا إِلَى الْجَنَّـةِ

Jumat, 23 Desember 2011

SHOLAT SUNNAH RAWATIB SEHARI SEMALAM


  1. SHOLAT  10 RAKAAT

Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa, “Saya hafal dari Rasulullah 10 rakaat (sholat sunnah) yaitu; 2 rakaat sebelum Dzuhur dan 2 rakaat sesudahnya, 2 rakaat sesudah Maghrib, 2 rakaat sesudah Isya dan dua rakaat sebelum Shubuh (Muttafaq ‘alaih) dan dalam riwayat yang lain bagi keduanya, “Dan dua rakaat setelah Jum’at di rumahnya” (Bukhori/ 937, Muslim/ 729)

Derajat hadist ini jelas shahih karena termuat dalam Ash-Shahihain. Hadist ini juga menjadi dalil dua rakaat setelah Jum’at
Sedangkan dalil yang mengatakan sholat 4 rakaat adalah
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Apabila salah seorang dari kamu sholat Jum’at, maka hendaklah ia sholat setelahnya empat rakaat.” (Muslim  /881, An-Nasa’I/ 1426, Abu Dawud/ 1131)

Hadist ini shahih karena diriwayatkan Muslim dan juga dinilai shohih oleh Al-Haafidz Ibnu Hajar.
  1. SHOLAT 12 RAKAAT

Dari Ummu Habibah Ummul Mukminin radhiyallahu ‘anhaa dia berkata, Rasulullah bersabda, "Tidaklah seorang hamba Muslim sholat karena Allah disetiap hari dua belas rakaat sunnah bukan fardhu kecuali Allah membangunkan untuknya sebuah rumah di surga, Atau kecuali dibangunkan untuknya sebuah rumah di surga. (Muslim/728, an-Nasa’i/ 1802)
dalam riwayat At-Tirmidzi, dan dia menambahkan, "Empat rakaat sebelum Dhuhur, dan dua rakaat sesudahnya, dua rakaat sesudah Maghrib, dua rakaat sesudah 'Isya dan dua rakaat sebelum Shubuh. (At-Tirmidzi/ 415)


Derajat kedua hadist itu shohih. Ibnu Hajar : Shohih dalam Bulughul Marom, Albani: Shahih dalam Shahih At-Targhib wa At-Tarhib.
C. MELAKSANAKANNYA DIRUMAH
Dari Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu, ia berkata Rasulullah Shalallahu ‘alayhi wa Sallam mengambil suatu tempat (di masjid) yang diberikan tikar, lalu beliau sholat padanya, orang-orangpun berdatangan untuk sholat bersama beliau…..Al-Hadist.”Disebutkan padanya: “Sholat seseorang yang paling utama adalah di rumah kecuali sholat fardhu (Bukhori/731, Muslim/781). Shahih

MENJAGA DUA RAKAAT SEBELUM SHUBUH
  1. KEUTAMAAN

Dari ‘Aisyah dari Nabi beliau bersabda, “Dua rakaat (sebelum) Shubuh lebih baik daripada dunia beserta semua isinya”. Diriwayatkan Muslim dan At-Tirmidzi. Dalam riwayat Muslim
“Keduanya benar-benar aku sukai daripada dunia seluruhnya”.
Hadist tersebut shahih menurut Al-Hafiz dan Albani

Dan darinya ia berkata, “Tidak pernah Rasulullah dalam menjaga sholat sunnah lebih kuat dari dua rakaat Fajar (Bukhori/ 1163, Muslim/ 724, Abu Dawud/1254, Ahmad/ 23750). Shahih
  1. KANDUNGAN BACAAN
Dari Abu Hurairah: “Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam membaca di kedua rakaat sebelum Shubuh  Qul yaa ayyuhal kaafirun.. dan Qul huwallahu ahad…” (Muslim/ 726, An-Nasa’I/ 945, Abu Dawud/1256). Shahih

Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anha, dia berkata Rasulullah bersabda, “Qul huwallahu ahad menyamai sepertiga Al-Qur’an dan Qul yaa ayyuhal kaafirun menyamai seperempat Al-Qur’an . Dan beliau membaca keduanya di dua rakaat (sebelum) Shubuh.” Diriwayatkan oleh Abu Ya’la dengan sanad hasan, At-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir dan lafadz ini adalah miliknya.
  1. DIANJURKAN BERBARING DIATAS LAMBUNG KANAN SETELAH SHOLAT SUNNAH FAJAR
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha ia berkata, “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam apabila telah sholat dua rakaat sebelum Fajar, beliau berbaring diatas lambung kanannya.” Diriwayatkan oleh Bukhori, Ibnu Hajar berkata hadist ini shohih.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Apabila salah seorang diantara kalian telah sholat dua rakaat sebelum Shubuh, hendaklah ia berbaring di atas lambung kanannya.” Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud, dan At-Tirmidzi. Ibnu Hajar berkata hadist ini shohih, Tirmidzi mengatakan hasan shohih ghorib, Al-Albani mengatakan shahih.
  1. MERINGANKAN SHOLAT SUNNAH FAJAR
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha ia berkata nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam meringankan dua rakaat sebelum Shubuh hingga aku berkata, “Apakah beliau membaca Ummul Kitab atau tidak?” (Bukhori/1165, Muslim/ 724, Abu Dawud 1256).
Hadist tersebut shahih yang menunjukkan bahwa Rasulullah itu meringankan sholat sunnah Fajar ini akan tetapi perlu diperhatikan bahwa Rasulullah tetap membaca Ummul Kitab/Al-Fatihah karena syarat sahnya sholat adalah Al-Fatihah (Fiqhus Sunnah karangan Sayyid Sabiq dan dalam kalimat itu tidak ada kritikan dalam Tamamul Minnah fiy Ta’liq Fiqhus Sunnah)
SHOLAT RAWATIB DZUHUR
Sholat Rawatib Dzuhur ada beberapa cara, yaitu sholat rawatib 4 rakaat (2 sebelum, 2 sesudah); 6 rakaat (4 sebelum, 2 sesudah);  8 rakaat (4 sebelum,  4 sesudah). Masing-masing memiliki dalilnya, lantas apakah Hadist itu saling bertentangan?  Saya kira tidak karena mungkin saja Rasulullah pernah melakukan semuanya, atau keterbatasan sahabat dalam melihat sholat-sholat Rasulullah. Wallahu a’lam
  1. SHOLAT 4 RAKAAT (2 SEBELUM, 2 SESUDAH)
Hadist yang meriwayatkan tentang sholat Rawatib Dzuhur sebanyak 4 rakaat telah disebutkan di awal yaitu Hadist dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu yang menyebutkan Ibnu Umar hafal 10 rakaat sholat sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.
  1. SHOLAT 6 RAKAAT (4 SEBELUM, 2 SESUDAH)
Hadist yang menjelaskan juga telah disebutkan di awal yaitu Hadist dari Ummu Habibah Ummul Mukminin radhiyallahu ‘anha yang menyebutkan tentang 12 rakaat sholat sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha: “Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam tidak pernah meninggalkan 4 rakaat sebelum Dzuhur dan 2 rakaat sebelum Shubuh.” Diriwayatkan Bukhori/ 1182


Dari Abdullah bin Sa’ib radhiyallahu ‘anhu,
Bahwa Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wa Sallam sholat empat rakaat setelah matahari tergelincir sebelum sholat Dzuhur, Beliau bersabda, “Ia adalah waktu dimana padanya pintu-pintu langit dibuka, maka aku ingin ada amalan sholihku yang naik ketika itu.” Diriwayatkan oleh Ahmad, dan at-Tirmidzi, ia berkata hadist ini hasan ghorib. Al-Albani: Shohih.
  1. SHOLAT 8 RAKAAT (4 SEBELUM, 4 SESUDAH)
Hadist yang menjelaskan tentang 4 rakaat sebelum Shalat Dzuhur telah dijelaskan di atas, sekarang kita membahas hadist 4 rakaat sesudahnya.

Dari riwayat imam yang lima darinya: “Barangsiapa yang menjaga empat rakaat sebelum Dzuhur dan empat rakaat sesudahnya, Allah haramkan ia dari api neraka.” (Abu Dawud /1269, Tirmidzi/247, an-Nasa’i/ 1816, Ibnu Majah/ 1160, Ahmad/26232). Hadist ini tercantum dalam Bulughul Marom I karangan Ibnu Hajar, Al-Albani mengatakan hadist ini Shohih.

Dalam riwayat lain milik an-Nasa’I,
“Tidak ada seorang hamba Mukmin yang Sholat empat rakaat setelah Dzuhur lalu wajahnya disentuh api neraka selamanya.” Hadist ini diriwayatkan juga oleh Ibnu Khuzaimah dalam Shohihnya.
SHOLAT RAWATIB ‘ASHAR
Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam beliau bersabda,
“Semoga Allah merahmati seseorang yang sholat (sunnah rawatib) empat rakaat sebelum ‘Ashar.” Diriwayatkan oleh Ahmad/ 5944, Abu Dawud/1271, Tirmidzi/430 dan dia menghasankannya, Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban dalam Shahih keduanya. Al-Albani : hadist ini hasan.
SHOLAT RAWATIB MAGHRIB
  1. SHALAT 2 RAKAAT SEBELUM (GHOIRU MUAKKAD)
Dari Abdullah bin Mughoffal al-Muzani radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Shalatlah sebelum Maghrib, shalatlah sebelum Maghrib”  Dikali ketiga beliau bersabda, “Bagi siapa yang mau.” Beliau tidak suka menjadikannya sunnah (yang terus meneruspenj).  Diriwayatkan oleh Bukhori/ 1183, Abu Daawud/ 1281, Ahmad/ 20029.
Dan dalam riwayat Ibnu Hibban, “Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam sholat sebelum aghrib dua rakaat.” (Ibnu Hibban/ 617)
Hadist ini tercantum dalam Bulughul Marom Ibnu Hajar sehingga manurut saya beliau menyetujuinya. Akan tetapi dalam Nashbur Rooyah (II/157) mengatakan syadz (ganjil, jawa: nyleneh). Kemudian Al-Albani mengatakan, “Ia ada dalam Bukhori dan yang lainnya dalam Kutubus Sittah dari beberapa jalan lain” –telah berlalu 385-. Beliau berkata, “Hadist ini Shohih (berupa perkataan) sedangkan jika perbuatan hadistnya syadz. Lihat Ad-Dhoifah dan Ash-Shohihah. Jadi jika hadist itu “perkataan” maka menurut Albani itu Shohih, akan tetapi jika dalam bentuk “perbuatan” maka hadist ini syadz. Wallahu a’lam .
  1. SHOLAT DUA RAKAAT SEDUDAHNYA (MUAKKAD)
Dalilnya telah dijelaskan di awal baik itu Hadist dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu (yang menjelaskan sunnah rawatib itu 10 rakaat) maupun dari Ummu Habibah Ummul Mukminin radhiyalahu ‘anha (yang menjelaskan sholt rawatib itu 12 rakaat)
SHOLAT RAWATIB ‘ISYA
Sholat Rawatib ‘Isya yaitu dua rakaat sesudahnya. Dalilnya telah dicantumkan di awal baik dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu maupun Ummu Habibah Ummul Mukminin radhiyallahu ‘anha.
PERINTAH SHOLAT DIANTARA MAGHRIB DAN ‘ISYA

Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, dia berkata mengenai firman Allah Ta’ala,
“Lambung-lambung mereka menjauhi tempat tidur,”
“Ia turun berkaitan dengan menunggu Shalat yang bernama Isya”. Diriwayatkan oleh Tirmidzi, dia mengatakan hadist hasan shohih ghorib. Al-Albani: Shohih.
Dan diriwayatkan juga oleh Abu Dawud, hanya saja dia berkata,
“Mereka menghidupkan (1) diantara Maghrib dan Isya mereka shalat” Hasan Al-Basri berkata, “Qiyamul Lail.”
Dalam buku asli, manuskrip (mukhtatoh) dan cetakan Imarah, ditulis yang artinya “Melakukan sholat sunnah”. Lihat Shahih At-Targhib wa At-Tarhib II Bab Sholat Tathowu dengan Sub Bab Anjuran Sholat Diantara Maghrib dan Isya.

Dari Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,
“Aku dating kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, lalu aku sholat Maghrib bersamanya lalu beliau shalat sampai Isya”. Diriwayatkan oleh an-Nasa’I dengan sanad jayyid (baik).

Semoga bermanfaat, Wallahu waliyut taufiq

Sumber:
  1. Bulughul Marom I
  2. Shahih At-Targhib wa At-Tarhib II
  3. Fiqhus Sunnah Sayyid Sabiq jilid II yang kemudian saya cek apakah perkataan yang ada dalam buku itu dikritik/dikomentari atau tidak oleh Al-Albani dalam Tamamul Minnah fiy Ta’liq Fiqhus Sunnah jilid I
  4. Shalat Sesuai Tuntunan Nabi (Syakir Jamaluddin, MA)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar