Hadits of The Day

مَنْ سَلَكَ طَرِيْـقًـا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّـلَ اللهُ لَهُ طَرِيْـقًـا إِلَى الْجَنَّـةِ

Minggu, 25 Desember 2011

DIAMKU ADALAH CINTAKU



            Yahh… masa remaja adalah masa yang sangat mudah sekali terkena fitnah. Apalagi masa SMA ini yang mungkin saja jika aku tidak sekolah di sekolah yang sekiranya berbau Islam, mungkin saja aku bisa terjerumus ke dalam perbuatan maksiat. Padahal, ingatlah saudaraku… bahwa masa remajamu itu sangatlah sia-sia jika hanya kamu gunakan untuk hal yang tidak bermanfaat. Masa ini adalah masa pembentukan kepribadianmu..
            Tapi sekali lagi bahwa fitrah seorang manusia itu bisa saja datang kepada seorang yang menjaga hatinya sekalipun. Missal saja, seorang yang selalu ghodul bashor juga bisa terkena fitrah itu saudaraku. Tapi satu pesanku… jangan jadikan hal itu sebagai fitnah. Fitrah… ya fitrah… tapi jangan sampai itu menjadi fitnah.
            Ya… kita semua tahu kalau yang bisa membuat Allah ridho itu hanyalah sebuah ikatan suci. Tapi sekali lagi, gimana kalau hal itu datangnya belum pada waktu yang tepat? Fitrah itu datang ketika kita belum siap untuk menikah..
            Jika seseorang menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh agamanya. Karenanya, bertakwalah pada Allah pada separuh yang lainnya.” (HR. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman. Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam As Silsilah Ash Shahihah no. 625)  
Hadist di atas menjelaskan kalau separuh agama kita itu ada pada pernikahan. Lantas gimana kalau separuh agama yang lain itu belum siap menerima separuhnya lagi??
            Aku ingatkan bahwa kita ini hidup bukan di jaman Shahabat yang mereka hanya menilai seseorang dari sisi agama saja. Mereka sama sekali tidak peduli dengan harta yang dimiliki. Karena mereka akan merasa tenang dunia akhirat dengan seseorang yang beriman walaupun dia miskin.. Gimana dengan sekarang? Sekarang terutama bagi seorang ikhwan juga harus memikirkan bagaimana cara menghidupi keluarganya yang baru itu. Jangan hanya memikirkan pengen mencegah berbuat zina aja.. tapi pikirkan juga nasib isterimu kelak -__-
Memang benar kalau pintu rezeki itu dengan menikah, seperti yang ada dalam hadist
Dari ayat di atas, Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata,“Carilah kaya (hidup berkecukupan) dengan menikah.”  (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim Q.S. An Nur: 32).
Itu benar, akan tetapi gimana dengan kehidupan sebelum kalian mendapatkan penghasilan? Calon isteri kalian juga memiliki hak untuk penghidupan yang layak… ya… yang diharuskan itu penghasilan bukan pekerjaan tetap. Lha, kalau yang ini aku setuju.
            Kembali ke awal.. gimana kalau kita belum siap untuk mengucapkan janji suci? Gimana kalau kita belum siap menyambut mitsaqon gholidzan (perjanjian suci) itu? Maka cintailah dia dalam diam kalian. Ya.. cintailah dalam diam-mu saudaraku.. karena dia belum halal bagimu. Allah belum menghalalkan wajahnya untuk selalu kalian pandangi. Allah belum menghalalkan tangannya untuk kamu sentuh dengan kasih sayang yang dengan sentuhan kasih sayang itu dosa diantara kalian bisa rontok. Sekali lagi Allah belum menghalalkan matanya untuk kalian pandangi dengan kasih sayang yang dengan pandangan kasih sayang itu Allah akan memandang kalian (isteri dan suami) dengan pandangan kasih sayang..
            Saudaraku, cintailah dia dalam diam-mu!! Yaitu dengan tidak memandanginya.. dengan tetap menjaga izzahnya.. Saudaraku, mereka (kaum akhwat) punya izzah yang harus mereka jaga. Jangan rusak izzah mereka.. ya.. jangan rusak kemulian mereka hanya dengan selalu memandanginya.
Cintailah dia dalam diam-mu… karena kita juga belum bisa menjamin dia yang selalu kita rindu itu apakah memang yang diharapkan Allah sebagai pasanganmu? Siapa yang bisa menjamin? Gak ada… maka dengan diam yang kalian lakukan, hal itu bisa dengan mudah menghilangkan rindu yang telah terlanjur tertanam dalam hati kalian #hwaaaaaa
Dengan diam-mu itu semoga Allah meridhoimu. Karena dengan tidak berbuat yang dilarang oleh syariat maka Allah jelas akan lebih merahmatimu… (Wallahu a’lam)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar