Yahh… masa
remaja adalah masa yang sangat mudah sekali terkena fitnah. Apalagi masa SMA
ini yang mungkin saja jika aku tidak sekolah di sekolah yang sekiranya berbau
Islam, mungkin saja aku bisa terjerumus ke dalam perbuatan maksiat. Padahal,
ingatlah saudaraku… bahwa masa remajamu itu sangatlah sia-sia jika hanya kamu
gunakan untuk hal yang tidak bermanfaat. Masa ini adalah masa pembentukan
kepribadianmu..
Tapi sekali
lagi bahwa fitrah seorang manusia itu bisa saja datang kepada seorang yang
menjaga hatinya sekalipun. Missal saja, seorang yang selalu ghodul bashor juga
bisa terkena fitrah itu saudaraku. Tapi satu pesanku… jangan jadikan hal itu
sebagai fitnah. Fitrah… ya fitrah… tapi jangan sampai itu menjadi fitnah.
Ya… kita
semua tahu kalau yang bisa membuat Allah ridho itu hanyalah sebuah ikatan suci.
Tapi sekali lagi, gimana kalau hal itu datangnya belum pada waktu yang tepat? Fitrah
itu datang ketika kita belum siap untuk menikah..
Jika
seseorang menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh agamanya.
Karenanya, bertakwalah pada Allah pada separuh yang lainnya.”
(HR. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman. Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani
dalam As Silsilah Ash Shahihah no. 625)
Hadist di atas menjelaskan kalau separuh agama kita
itu ada pada pernikahan. Lantas gimana kalau separuh agama yang lain itu belum
siap menerima separuhnya lagi??
Aku
ingatkan bahwa kita ini hidup bukan di jaman Shahabat yang mereka hanya menilai
seseorang dari sisi agama saja. Mereka sama sekali tidak peduli dengan harta
yang dimiliki. Karena mereka akan merasa tenang dunia akhirat dengan seseorang
yang beriman walaupun dia miskin.. Gimana dengan sekarang? Sekarang terutama
bagi seorang ikhwan juga harus memikirkan bagaimana cara menghidupi keluarganya
yang baru itu. Jangan hanya memikirkan pengen mencegah berbuat zina aja.. tapi
pikirkan juga nasib isterimu kelak -__-
Memang benar kalau pintu rezeki itu dengan menikah,
seperti yang ada dalam hadist
Dari
ayat di atas, Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata,“Carilah kaya
(hidup berkecukupan) dengan menikah.” (Lihat
Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim Q.S. An Nur: 32).
Itu benar, akan tetapi
gimana dengan kehidupan sebelum kalian mendapatkan penghasilan? Calon isteri
kalian juga memiliki hak untuk penghidupan yang layak… ya… yang diharuskan itu
penghasilan bukan pekerjaan tetap. Lha, kalau yang ini aku setuju.
Kembali ke awal.. gimana kalau kita belum siap untuk
mengucapkan janji suci? Gimana kalau kita belum siap menyambut mitsaqon
gholidzan (perjanjian suci) itu? Maka cintailah dia dalam diam kalian. Ya..
cintailah dalam diam-mu saudaraku.. karena dia belum halal bagimu. Allah belum
menghalalkan wajahnya untuk selalu kalian pandangi. Allah belum menghalalkan
tangannya untuk kamu sentuh dengan kasih sayang yang dengan sentuhan kasih
sayang itu dosa diantara kalian bisa rontok. Sekali lagi Allah belum
menghalalkan matanya untuk kalian pandangi dengan kasih sayang yang dengan
pandangan kasih sayang itu Allah akan memandang kalian (isteri dan suami) dengan
pandangan kasih sayang..
Saudaraku, cintailah dia dalam diam-mu!! Yaitu dengan
tidak memandanginya.. dengan tetap menjaga izzahnya.. Saudaraku, mereka (kaum
akhwat) punya izzah yang harus mereka jaga. Jangan rusak izzah mereka.. ya..
jangan rusak kemulian mereka hanya dengan selalu memandanginya.
Cintailah
dia dalam diam-mu… karena kita juga belum bisa menjamin dia yang selalu kita
rindu itu apakah memang yang diharapkan Allah sebagai pasanganmu? Siapa yang
bisa menjamin? Gak ada… maka dengan diam yang kalian lakukan, hal itu bisa
dengan mudah menghilangkan rindu yang telah terlanjur tertanam dalam hati
kalian #hwaaaaaa
Dengan
diam-mu itu semoga Allah meridhoimu. Karena dengan tidak berbuat yang dilarang
oleh syariat maka Allah jelas akan lebih merahmatimu… (Wallahu a’lam)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar