Hadits of The Day

مَنْ سَلَكَ طَرِيْـقًـا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّـلَ اللهُ لَهُ طَرِيْـقًـا إِلَى الْجَنَّـةِ

Kamis, 23 Februari 2012

Antara Cinta dan Cemburu




Dua rasa yang bisa ada dalam manusia yaitu Rindu dan Cemburu terhadap sesuatu. Akan tetapi saya tidak akan membahas mengenai cemburu dan rindunya manusia sebagai makhluk, akan tetapi saya akan lebih membahas tentang cemburunya allah dan rasa rindu kita bertemu dengan Allah.
Allah befirman kaitannya dengan ghairah (cemburu) ini,
"Katakanlah, 'Rabbku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang tampak atau pun yang tersembunyi'." (Al-A'raf: 33).
Selain dalam Al-Qur’an ada juga dalam Ash-Shahih  yang disebutkan dalam Kitab Madarijus Salikin karangan Imam Ibnu Qayyim Jawziyyah disebutkan dari Al-Ahwash, dari Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu Anhu, dia berkata, "Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
"Tidak ada seseorang yang lebih cemburu selain dari Allah. Di antara cemburu-Nya ialah Dia mengharamkan kekejian yang tampak maupun yang tersembunyi. Tidak ada seseorang yang lebih mencintai pujian selain dari Allah. Karena itulah Dia memuji Diri-Nya. Tidak ada seseorang yang lebih mencintai alasan selain dari Allah. Karena itu Dia mengutus para rasul sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan."
Di dalam Ash-Shahih juga disebutkan dari hadits Abu Salamah, dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihiwa Sallam bersabda,
"Sesungguhnya Allah itu cemburu dan sesungguhnya orang Mukmin itu cemburu. Kecemburuan Allah ialah jika hamba melakukan apa yang diharamkan-Nya."
Di dalam Ash-Shahih juga disebutkan, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
"Apakah kalian heran terhadap kecemburuan Sa'd? Aku benar-benar lebih cemburu daripada dia dan Allah lebih cemburu daripada aku."
Yang termasuk dalam cemburu adalah firman Allah,
"Dan, apabila kamu membaca Al-Qur'an, niscaya Kami adakan antara kamu dan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, suatu dinding yang tertutup." (Al-Isra': 45).

As-Sary bertanya kepada rekan-rekannya, "Tahukah kalian apa maksud dinding di dalam ayat ini? Itu adalah dinding cemburu. Sementara tidak ada seseorang yang lebih cemburu selain dari Allah. Karena itu Allah tidak menjadikan orang-orang kafir sebagai orang-orang yang layak memahami kalam-Nya, mengetahui, mengesakan dan mencintai-Nya. Allah juga menjadikan di antara mereka dengan Rasul, kalam dan pengesaan-Nya, dinding yang tidak terlihat mata. Inilah kecemburuan Allah jika semua itu diterima orang yang tidak layak menerimanya."

Cemburu merupakan tempat persinggahan yang mulia dan agung. Tetapi orang-orang sufi dekade terakhir ada yang membalik pokok permasalahannya, membuat pengertian lain yang batil, menempatkan-nya tidak secara proporsional dan menyamarkannya.

Allah befirman berkaitan dengan tempat persinggahan ini,
"Barangsiapa yang mengharap pertemuan dengan Allah, maka sesungguhnya waktu (yang dijanjikan Allah itu pasti datang." (Al-Ankabut: 5).

Ada yang berpendapat, ini merupakan hiburan bagi orang-orang yang rindu. Dengan kata lain, Allah tahu bahwa siapa yang mengharap perjumpaan dengan Allah, berarti dia rindu kepada Allah. Allah telah mempercepat waktu baginya sehingga terasa dekat, dan waktu itu pasti akan
datang. Sebab segala sesuatu yang akan datang itu dekat.

Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam biasa bersabda dalam doa,
"Aku memohon kepada-Mu kelezatan memandang Wajah-Mu dan kerinduan berjumpa dengan-Mu."
Sebagian orang berkata, "Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam senantiasa rindu berjumpa dengan Allah. Kerinduan beliau tidak semata ingin berjumpa dengan Allah, tapi kerinduan ini memiliki seratus bagian. Sembilan puluh sembilan bagi beliau dan satu bagian dibagi-bagi kepada umat. Beliau ingin agar satu bagian ini ditambahkan kepada bagian kerinduan yang dikhususkan bagi beliau. Allahlah yang lebih tahu."
Rindu merupakan salah satu pengaruh dan hukum cinta. Rindu merupakan perjalanan hati menuju kekasih dalam keadaan bagaimanapun. Ada yang berpendapat, rindu adalah gejolak hati untuk bertemu kekasih. Ada yang berpendapat, rindu dapat membakar hati dan menghentikan
detak jantung. Cinta lebih tinggi daripada rindu, sebab rindu muncul dari cinta.
Kuat dan lemahnya rindu ini tergantung kepada cinta. Yahya bin Mu'adz berkata, "Tanda rindu ialah tersapihnya anggota tubuh dari syahwat."
Abu Utsman berkata, "Tanda rindu ialah menyukai mati asalkan mendatangkan ketenangan jiwa, seperti keadaan Yusuf Alaihis-Salam ketika dimasukkan ke dalam sumur. Dalam keadaan seperti ini beliau tidak berkata, "Matikanlah aku!" Begitu pula saat beliau dijebloskan ke dalam penjara. Tetapi ketika semua urusan sudah beres, keamanan sudah terjamin dan nikmat ada di mana-mana, maka beliau berkata, "Matikanlah aku dalam keadaan berserah diri."
Ibnu Khafif berkata, "Rindu adalah ketenangan hati karena cinta dan keinginan untuk berjumpa serta berdekatan." Saya katakan, bahwa di sini ada masalah yang diperselisihkan di antara orang-orang yang mencintai, apakah kerinduan itu bisa lenyap setelah ada pertemuan ataukah tidak? Tapi mereka tidak berbeda pendapat bahwa cinta tidak hilang karena ada pertemuan.
Di antara mereka ada yang berpendapat, rindu tidak hilang meskipun sudah ada pertemuan. Sebab rindu merupakan perjalanan hati kepada kekasihnya. Jika sudah sampai di hadapannya, maka rindu ini berganti menjadi kesenangan. Kesenangan ini menyatu dengan cinta dan tidak mengenyahkannya.
Ada yang berpendapat, rindu semakin bertambah karena kedekatan dan pertemuan. Rindu tidak hilang karena pertemuan. Karena sebelum menerima kabar dan mengetahui, begitu pula sesudahnya, sudah ada kesaksian.
Al-Junaid berkata, "Aku pernah mendengar As-Sary berkata, "Rindu merupakan kedudukan yang mulia bagi orang yang memiliki ma'rifat. Jika dia dapat mewujudkan kerinduan itu, maka perhatiannya hanya tertuju kepada siapa yang dia rindukan. Karena itu para penghuni surga senantiasa merindukan Allah, sekalipun mereka dekat dan dapat melihat-Nya."

Disarikan dari Kitab Madarijus Salikin karya Imam Ibnu Al-Qayyim Al-Jauziyyah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar