Hadits of The Day

مَنْ سَلَكَ طَرِيْـقًـا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّـلَ اللهُ لَهُ طَرِيْـقًـا إِلَى الْجَنَّـةِ

Minggu, 16 Oktober 2011

Nilai Sebuah Ukhuwah



Persahabatan dan persaudaraan adalah suatu hal yang sangat penting di dalam Islam. Agama yang mulia ini yaitu Al-Islam telah banyak menjelaskan bagaimana pentingnya sebuah hubungan ukhuwah diantara manusia. Bagaimana Islam yang indah ini telah mengatur dengan indahnya dan dengan adilnya. Sebagai contoh “Kenapa Islam tetap menyuruh seseorang untuk tetap mengucapkan salam walaupun yang kita salami sama sekali tidak kita kenal?” salah satu hikmah dari disyariatkan hal tersebut adalah terbentuknya sebuah ukhuwah yang sangat indah diantara orang yang mengucapkan salam dengan yang disalami.. MasyaAllah..
Setiap muslim kata Rasulullah adalah saudara bagi muslim yang lain.
Inilah hadist yang tertulis jelas di dalam Hadist Ar-ba’in Imam Nawawi no. 35
Hadist di atas menjelaskan bahwa semua orang muslim itu adalah saudara atas dasar iman. Sehingga perpecahan diantara orang muslim tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah dan para sahabat. Jangan jadikan perselisihan pendapat menjadi sebuah perpecahan.. ya.. yang dilarang adalah perpecahan bukan perselisihan diantara umat muslim.
Sekali lagi, aku bukan ahli hadist. Tetapi aku ingin menyampaikan satu sabda Rasulullah yang satu ini:
Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal kasih sayang, kecintaan dan kelemah-lembutan diantara mereka adalah bagaikan satu tubuh, apabila ada satu anggotanya yang sakit maka seluruh tubuh juga merasakan demam dan tidak bisa tidur.” (Muttafaqun ‘Alaih dari al-Nu’man bin Basyir) 
Subhanallah.. bagaimana umat Islam itu adalah umat yang satu, bukan bergolong-golong. Dari sini dibutuhkannya sebuah ukhuwah yang baik diantara manusia.
Rasulullah… sebaik-baik contoh bagi kita telah menjelaskan bagaimana berhubungan baik dengan manusia. Kita semua tahu bahwa Rasulullah adalah orang yang paling amanah. Ketika diberi sebuah amanah atau tanggungjawab, Rasulullah tidak pernah menyalahi amanah tersebut. Rasulullah juga orang yang sangat dipercaya sehingga beliau diberi gelar Al-Amin. Perlu diketahui bahwa Rasulullah mendapat gelar tersebut jauh sebelum kenabian. Inilah teladan kita, Rasulullah mendapat gelar Al-Amin karena Rasulullah telah mampu berhubungan baik dengan orang lain.
Yaa… itu Rasulullah.. Berbeda dengan Nabi Musa.
Nabi Musa adalah orang yang kurang fasih dalam berkata-kata. Nabi Musa memiliki catatan sejarah yaitu pernah membunuh seseorang. Hal ini sangat berbeda dengan Rasulullah. Rasulullah adalah orang yang dipercaya. Rasulullah adalah orang yang memiliki catatan sejarah yang sangat baik karena Rasulullah memiliki nashab yang baik yaitu keturunan Bani Hasyim yang dikenal sebagai keturunan yang paling tersohor di kalangan kaum Quraisy. Dan yang terpenting Rasulullah juga sangat pandai dalam berkata-kata.. Rasul kita ini sangat pandai dalam merangkai sebuah kata hingga menghasilkan kalimat yang sangat indah dan romantis.
Melihat hal ini Nabi Musa tetap tidak menyerah untuk tetap berdakwah kepada Allah walaupun lawan yang harus didakwahi adalah Raja Fir’aun. Orang yang paling bengis, paling durjana, paling sombong hingga berani mengatakan kalau dirinya adalah Tuhan.
Hingga suatu saat Nabi Musa mendapatkan manisnya persahabatan dengan Nabi Harun. Mereka bersama-sama dalam dekapan ukhuwah membangun sebuah dakwah Tauhid kepada Allah dengan sangat indah. Walaupun Nabi Musa sulit untuk berkata-kata, tetapi atas dasar persaudaraan yang dilandasi iman yang kuat yang ada dalam hati mereka, kedua hamba Allah yang mulia ini menebarkan sebuah dakwah kepada orang yang paling sombong yaitu Fir’aun.
Inilah manisnya persaudaraan yang dilandasi oleh iman. Layaknya persaudaraan yang dilandasi oleh pertalian darah, persaudaraan seperti ini juga memiliki rasa yang sangat indah jika kita benar-benar memilikinya. MasyaAllah… memang sangat indah jika kita benar-benar bisa melakukan ssegala sesuatu itu atas dasar cinta kita kepada Allah.
Dengan dasar inilah Umar bin Khattab pernah mengatakan, “Perpecahan diantara kaum muslim lebih parah daripada rubuhnya ka’bah”. Dari perkataan amirul mukminin ini, kita bisa tahu kalau hubungan persaudaraan bernilai sangat tinggi.
Saudaraku fiddin… apakah kalian lupa kalau, atau kalian Cuma menganggap enteng ketika setiap sholat Jum’at atau setiap acara kita selalu berdoa “Allahummaghfir lil muslimina wal muslimat wal mu’minina wal mu’minat”. Apakah kalian lupa dengan mekna dari doa itu yang meminta agar Allah mengampuni dosa-dosa orang yang beriman? Apakah kalian lupa saudaraku? Hampir setiap pekan kita membaca doa itu, tapi hampir setiap hari pula kita lupa akan pentingnya persaudaraan. Padahal perlu kalian ingat bahwa doa itu juga doa persaudaraan diantara orang muslim.
Ikhwah fillah…Hubungan ukhuwah adalah suatu hal yang harus ada sebelum kita melakukan dakwah. Ya.. Merajut Ukhuwah Menebar Dakwah. Inilah slogan yang bisa kita pakai ketika kita ingin berdakwah. Layaknya Rasulullah yang selalu mengedepankan hubungan ukhuwah dengan para sahabat, bahkan dengan orang kafir sekalipun.
Ahh.. saya jadi ingat dengan satu sifat yang sangat sangat mulia dari Rasulullah yaitu selalu berperilaku baik dengan semua orang, hingga setiap orang yang bersama Rasulullah itu merasa kalau dirinyalah yang paling utama. Merasa dirinyalah yang dilebihkan oleh Rasulullah.
Hal diatas timbul dari buah persaudaraan yang dibangun oleh Rasulullah. Maka ikhwani fiddin.. sudah selayaknya kita mencontoh sebaik-baik contoh, teladan kita yaitu Rasulullah. Sudah selayaknya kita juga mencontoh bagaimana Rasulullah itu selalu berlaku baik kepada semua orang..ya.. “Jangan meremehkan sedikitpun tentang ma’ruf meskipun hanya menjumpai kawan dengan berwajah ceria (senyum). Begitulah sabda Rasulullah yang tertulis jelas dalam Kitab Shahih Muslim.
Saudaraku dijalan Allah… Banyak sekali manfaat yang bisa kita petik dibalik persahabatan yang dibangun erat itu. sebagai contoh misalnya sahabat itu bisa menjadi cermin bagi diri kita. Itulah yang pernah disabdakan Rasulullah bahwa “Seorang mukmin itu cermin bagi saudaranya, dan seorang mukmin adalah saudara bagi seorang mukmin lainnya, Membantu memperbaikinya dari kesalahannya dan memperhatikannya dari belakang.” Hasan, di dalam kitab Ash-Shahihah (6/923). (Abu Daud, 40-Kitab Al Adab, 49- Bab Nashihah).
Jika kamu ingin mengetahui bagaimana dirimu maka janganlah menjadi dirimu sendiri, tetapi jadilah orang lain yang bisa memantulkan bayanganmu sendiri. Saudaraku.. tentu saja ini bukan untuk mencari-cari kesalahan, tetapi inilah fungsi dari hubungan yang baik diantara dua  insan yang saling bercinta karena Allah.
Jadilah saudara yang baik bagi orang lain layaknya sikap baik kita kepada saudara yang didasari atas pertalian darah. Jadilah orang yang berguna bagi saudara kalian. Yaa.. tentu saja karena Allah, bukan karena yang lain. Lagi-lagi aku juga ingat sebuah tulisan yang aku baca dalam buku karangan Ustadz Salim A. Fillah yang berjudul “Dalam dekapan Ukhuwah”
Karena saat ikatan melemah, saat keakraban kita merapuh
Saat salam terasa menyakitkan, saat kebersamaan terasa siksaan
Saat pemberian bagai bara api, saat kebaikan justru melukai
Aku tahu, yang rombeng bukan ukhuwah kita
Hanya iman kita yang sedang sakit, atau mengerdil
Aku juga ingin bercerita sedikit mengenai sebuah persahabatan diantara dua orang yang ditulis oleh Imam Ibnu al-Qayyim al-Jawziyyah dalam bukunya Madarijus Salikin dari cerita yang dibawakan oleh Imam Ibnu Sirin. Kemudian kisah ini ditulis ulang oleh Ustadz Salim A. Fillah dalam buku karangannya yang berjudul Dalam Dekapan Ukhuwah.
“Alangkah indahnya,” begitu Ibnu Sirin memulai cerita, “Kisah dua orang bersaudara di jalan Allah yang pada mulanya saling mencintai. Lalu hubungan di antara mereka terganggu.
Satu waktu mereka bertemu. “Mengapa kiranya,” Tanya lelaki pertama, “Hari-hari ini aku melihatmu seolah engkau berpaling dan menjauhiku?”
“Telah sampai padaku,” jawab orang yang kedua, “Sesuatu tentang dirimu. Dan engkau pasti tidak menyukainya.”
“Kalau begitu, aku tak peduli,” lelaki pertama itu tersenyum.
“Mengapa?”
“Karena jika apa yang engkau dengar itu adalah benar sebuah kesalahan yang telah aku lakukan, aku tahu engkau pasti akan memaafkannya. Dan jika berita itu tidak benar, engakau pasti tidak akan menerimanya.”
“setelah itu,” kata Ibnu Sirin menutup kisah, “Mereka kembali pada ukhuwah yang indah.”
Saudaraku… mungkin aku juga sadar kalau aku belum bisa seperti yang telah dipaparkan di atas. Tetapi aku Cuma ingin berpesan dengan satu hadist Rasulullah ini.
Orang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu bangunan, satu dengan yang lainnya saling menguatkan.” Lalu beliau shallallaahu 'alaihi wasallam lalu beliau menautkan antar jari-jemarinya. (Muttafaq ‘alaih)
Seorang muslim itu saudara bagi muslim yang lain, tidak boleh menzhaliminya, menelantarkannya (tidak peduli padanya), menghinanya.” (HR. Muslim)
Semoga bermanfaat, Wallahu waliyut taufiq

Tidak ada komentar:

Posting Komentar