Persahabatan
dan persaudaraan adalah suatu hal yang sangat penting di dalam Islam. Agama
yang mulia ini yaitu Al-Islam telah banyak menjelaskan bagaimana pentingnya
sebuah hubungan ukhuwah diantara manusia. Bagaimana Islam yang indah ini telah
mengatur dengan indahnya dan dengan adilnya. Sebagai contoh “Kenapa Islam tetap
menyuruh seseorang untuk tetap mengucapkan salam walaupun yang kita salami sama
sekali tidak kita kenal?” salah satu hikmah dari disyariatkan hal tersebut
adalah terbentuknya sebuah ukhuwah yang sangat indah diantara orang yang
mengucapkan salam dengan yang disalami.. MasyaAllah..
Setiap muslim kata Rasulullah
adalah saudara bagi muslim yang lain.
Inilah hadist yang tertulis jelas
di dalam Hadist Ar-ba’in Imam Nawawi no. 35
Hadist
di atas menjelaskan bahwa semua orang muslim itu adalah saudara atas dasar
iman. Sehingga perpecahan diantara orang muslim tidak pernah dicontohkan oleh
Rasulullah dan para sahabat. Jangan jadikan perselisihan pendapat menjadi sebuah
perpecahan.. ya.. yang dilarang adalah perpecahan bukan perselisihan diantara
umat muslim.
Sekali
lagi, aku bukan ahli hadist. Tetapi aku ingin menyampaikan satu sabda
Rasulullah yang satu ini:
“Perumpamaan
orang-orang yang beriman dalam hal kasih sayang, kecintaan dan kelemah-lembutan
diantara mereka adalah bagaikan satu tubuh, apabila ada satu anggotanya yang
sakit maka seluruh tubuh juga merasakan demam dan tidak bisa tidur.”
(Muttafaqun ‘Alaih dari al-Nu’man bin Basyir)
Subhanallah..
bagaimana umat Islam itu adalah umat yang satu, bukan bergolong-golong. Dari
sini dibutuhkannya sebuah ukhuwah yang baik diantara manusia.
Rasulullah…
sebaik-baik contoh bagi kita telah menjelaskan bagaimana berhubungan baik
dengan manusia. Kita semua tahu bahwa Rasulullah adalah orang yang paling
amanah. Ketika diberi sebuah amanah atau tanggungjawab, Rasulullah tidak pernah
menyalahi amanah tersebut. Rasulullah juga orang yang sangat dipercaya sehingga
beliau diberi gelar Al-Amin. Perlu
diketahui bahwa Rasulullah mendapat gelar tersebut jauh sebelum kenabian.
Inilah teladan kita, Rasulullah mendapat gelar Al-Amin karena Rasulullah telah
mampu berhubungan baik dengan orang lain.
Yaa…
itu Rasulullah.. Berbeda dengan Nabi Musa.
Nabi
Musa adalah orang yang kurang fasih dalam berkata-kata. Nabi Musa memiliki
catatan sejarah yaitu pernah membunuh seseorang. Hal ini sangat berbeda dengan
Rasulullah. Rasulullah adalah orang yang dipercaya. Rasulullah adalah orang
yang memiliki catatan sejarah yang sangat baik karena Rasulullah memiliki
nashab yang baik yaitu keturunan Bani Hasyim yang dikenal sebagai keturunan
yang paling tersohor di kalangan kaum Quraisy. Dan yang terpenting Rasulullah
juga sangat pandai dalam berkata-kata.. Rasul kita ini sangat pandai dalam
merangkai sebuah kata hingga menghasilkan kalimat yang sangat indah dan
romantis.
Melihat
hal ini Nabi Musa tetap tidak menyerah untuk tetap berdakwah kepada Allah
walaupun lawan yang harus didakwahi adalah Raja Fir’aun. Orang yang paling
bengis, paling durjana, paling sombong hingga berani mengatakan kalau dirinya
adalah Tuhan.
Hingga
suatu saat Nabi Musa mendapatkan manisnya persahabatan dengan Nabi Harun.
Mereka bersama-sama dalam dekapan ukhuwah membangun sebuah dakwah Tauhid kepada
Allah dengan sangat indah. Walaupun Nabi Musa sulit untuk berkata-kata, tetapi
atas dasar persaudaraan yang dilandasi iman yang kuat yang ada dalam hati
mereka, kedua hamba Allah yang mulia ini menebarkan sebuah dakwah kepada orang
yang paling sombong yaitu Fir’aun.
Inilah
manisnya persaudaraan yang dilandasi oleh iman. Layaknya persaudaraan yang
dilandasi oleh pertalian darah, persaudaraan seperti ini juga memiliki rasa
yang sangat indah jika kita benar-benar memilikinya. MasyaAllah… memang sangat
indah jika kita benar-benar bisa melakukan ssegala sesuatu itu atas dasar cinta
kita kepada Allah.
Dengan
dasar inilah Umar bin Khattab pernah mengatakan, “Perpecahan diantara kaum muslim lebih parah daripada rubuhnya ka’bah”.
Dari perkataan amirul mukminin ini, kita bisa tahu kalau hubungan persaudaraan
bernilai sangat tinggi.
Saudaraku
fiddin… apakah kalian lupa kalau, atau kalian Cuma menganggap enteng ketika
setiap sholat Jum’at atau setiap acara kita selalu berdoa “Allahummaghfir lil
muslimina wal muslimat wal mu’minina wal mu’minat”. Apakah kalian lupa dengan
mekna dari doa itu yang meminta agar Allah mengampuni dosa-dosa orang yang
beriman? Apakah kalian lupa saudaraku? Hampir setiap pekan kita membaca doa
itu, tapi hampir setiap hari pula kita lupa akan pentingnya persaudaraan.
Padahal perlu kalian ingat bahwa doa itu juga doa persaudaraan diantara orang
muslim.
Ikhwah
fillah…Hubungan ukhuwah adalah suatu hal yang harus ada sebelum kita melakukan
dakwah. Ya.. Merajut Ukhuwah Menebar Dakwah. Inilah slogan yang bisa kita pakai
ketika kita ingin berdakwah. Layaknya Rasulullah yang selalu mengedepankan
hubungan ukhuwah dengan para sahabat, bahkan dengan orang kafir sekalipun.
Ahh..
saya jadi ingat dengan satu sifat yang sangat sangat mulia dari Rasulullah
yaitu selalu berperilaku baik dengan semua orang, hingga setiap orang yang
bersama Rasulullah itu merasa kalau dirinyalah yang paling utama. Merasa
dirinyalah yang dilebihkan oleh Rasulullah.
Hal
diatas timbul dari buah persaudaraan yang dibangun oleh Rasulullah. Maka
ikhwani fiddin.. sudah selayaknya kita mencontoh sebaik-baik contoh, teladan
kita yaitu Rasulullah. Sudah selayaknya kita juga mencontoh bagaimana
Rasulullah itu selalu berlaku baik kepada semua orang..ya.. “Jangan meremehkan sedikitpun tentang ma’ruf
meskipun hanya menjumpai kawan dengan berwajah ceria (senyum). Begitulah sabda
Rasulullah yang tertulis jelas dalam Kitab Shahih Muslim.
Saudaraku
dijalan Allah… Banyak sekali manfaat yang bisa kita petik dibalik persahabatan
yang dibangun erat itu. sebagai contoh misalnya sahabat itu bisa menjadi cermin
bagi diri kita. Itulah yang pernah disabdakan Rasulullah bahwa “Seorang
mukmin itu cermin bagi saudaranya, dan seorang mukmin adalah saudara bagi
seorang mukmin lainnya, Membantu memperbaikinya dari kesalahannya dan
memperhatikannya dari belakang.” Hasan, di dalam kitab Ash-Shahihah
(6/923). (Abu Daud, 40-Kitab Al Adab, 49- Bab Nashihah).
Jika kamu
ingin mengetahui bagaimana dirimu maka janganlah menjadi dirimu sendiri, tetapi
jadilah orang lain yang bisa memantulkan bayanganmu sendiri. Saudaraku.. tentu
saja ini bukan untuk mencari-cari kesalahan, tetapi inilah fungsi dari hubungan
yang baik diantara dua insan yang saling
bercinta karena Allah.
Jadilah
saudara yang baik bagi orang lain layaknya sikap baik kita kepada saudara yang
didasari atas pertalian darah. Jadilah orang yang berguna bagi saudara kalian.
Yaa.. tentu saja karena Allah, bukan karena yang lain. Lagi-lagi aku juga ingat
sebuah tulisan yang aku baca dalam buku karangan Ustadz Salim A. Fillah yang
berjudul “Dalam dekapan Ukhuwah”
Karena saat ikatan melemah, saat
keakraban kita merapuh
Saat salam terasa menyakitkan, saat
kebersamaan terasa siksaan
Saat pemberian bagai bara api, saat
kebaikan justru melukai
Aku tahu, yang rombeng bukan
ukhuwah kita
Hanya iman kita yang sedang sakit,
atau mengerdil
Aku
juga ingin bercerita sedikit mengenai sebuah persahabatan diantara dua orang
yang ditulis oleh Imam Ibnu al-Qayyim al-Jawziyyah dalam bukunya Madarijus
Salikin dari cerita yang dibawakan oleh Imam Ibnu Sirin. Kemudian kisah ini
ditulis ulang oleh Ustadz Salim A. Fillah dalam buku karangannya yang berjudul
Dalam Dekapan Ukhuwah.
“Alangkah indahnya,” begitu Ibnu
Sirin memulai cerita, “Kisah dua orang bersaudara di jalan Allah yang pada
mulanya saling mencintai. Lalu hubungan di antara mereka terganggu.
Satu waktu mereka bertemu. “Mengapa
kiranya,” Tanya lelaki pertama, “Hari-hari ini aku melihatmu seolah engkau
berpaling dan menjauhiku?”
“Telah sampai padaku,” jawab orang
yang kedua, “Sesuatu tentang dirimu. Dan engkau pasti tidak menyukainya.”
“Kalau begitu, aku tak peduli,”
lelaki pertama itu tersenyum.
“Mengapa?”
“Karena jika apa yang engkau dengar
itu adalah benar sebuah kesalahan yang telah aku lakukan, aku tahu engkau pasti
akan memaafkannya. Dan jika berita itu tidak benar, engakau pasti tidak akan
menerimanya.”
“setelah itu,” kata Ibnu Sirin
menutup kisah, “Mereka kembali pada ukhuwah yang indah.”
Saudaraku…
mungkin aku juga sadar kalau aku belum bisa seperti yang telah dipaparkan di
atas. Tetapi aku Cuma ingin berpesan dengan satu hadist Rasulullah ini.
“Orang mukmin dengan mukmin
lainnya laksana satu bangunan, satu dengan yang lainnya saling menguatkan.”
Lalu beliau shallallaahu 'alaihi wasallam lalu beliau menautkan antar
jari-jemarinya. (Muttafaq ‘alaih)
“Seorang
muslim itu saudara bagi muslim yang lain, tidak boleh menzhaliminya,
menelantarkannya (tidak peduli padanya), menghinanya.” (HR. Muslim)
Semoga
bermanfaat, Wallahu waliyut taufiq
Tidak ada komentar:
Posting Komentar